PSIKOLOGI MANAJEMEN
A.
Pengantar
1.
Pengertian Management?
Kata manajemen berasal dari bahasa
Perancis kuno menagement, yang
memiliki arti “seni melaksanakan dan mengatur”. Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal.
Mary Parker Follet, misalnya
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.
Hal senada juga dikatakan oleh Griffin
(2004) bahwa manajemen adalah serangkaian aktifitas (termaksuk perencanaan dan
pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang
diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi ( manusia, finansial, fisik, dan
informasi ) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan
efektif.
2. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan (Leadership) adalah proses di mana seseorang atau sekelompok orang
(tim) lain melainkan pengaruh atas orang
(tim) lain, menginspirasikan, memotovasi, dan mengarahkan aktivitas individu
untuk mencapai sasaran atau tujuan. Dalam model keunggulan organisasi, sasaran
utama dan target telah dicantumkan dalam Master
Improvement Story.
Kepemimpinan adalah kemampuan postif
memengaruhui orang dam sistem untuk memberikan dampak yang berguna dan mencapai
hasil-hasil yang diinginkan.
Kepemimpinan yang efektif akan
meningkatkan kemampuan dan keunggulan organisasi untuk memberikan inovasi nilai
secara terus-menerus kepada pasar dan atau pelanggan. Kepemimpinan terdiri atas
kepemimpinan diri (self leadershep),
kepemimpinan tim (team leadership),
dan kepemimpinan organisasi (organizational
leadership).
3. Teori Kepemimpinan Contigency Fiedler (Matching Leaders and Tasks)
3. Teori Kepemimpinan Contigency Fiedler (Matching Leaders and Tasks)
Model contigency
dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) mendefinisikan
efektivitas pemimpin dalam hal performa grup dalam mencapai tujuannya. Fiddler
membagi tipe pemimpin menjadi 2 yaitu: yang berorientasi pada tugas dan yang
berorientasi pada maintenance. Dari observasi ini ditemukan fakta bahwa tidak
ada korelasi konsisten antara efektifitas grup dan perilaku kepemimpinan.
Pemimpin
yang berorientasi pada tugas akan efektif pada 2 set kondisi, yaitu:
·
Pada set yang pertama, pemimpin ini
sangat memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya,tugas yang didelegasikan
pada anggota sangat terstruktur dengan baik, dan memiliki posisi yang tinggi
dengan otoritas yang tinggi juga. Pada keadaan ini, grup sangat termotivasi
melakukan tugasnya dan bersedia melakukan tugas yang diberikan dengan
sebaik-baiknya.
·
Pada set yang kedua, pemimpin ini tidak
memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya, tugas yang diberikan tidak
jelas, dan memiliki posisi dan otoritas yang rendah. Dalam kondisi semacam ini,
pemimpin mempunyai kemungkinan untuk mengambil alih tanggung jawab dalam
mengambil keputusan, dan mengarahkan anggotanya.
Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu
kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya
kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang spesifik. Karena
situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya
hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan
kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami
bahwa strategi yg paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke
situasi lainnya.
Penerimaan
kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin
kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal
yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.
Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tsb harus
dipertimbangkan.
Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin
dengan Low LPC yakni yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektip
dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi
kepada orang/hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat
rendah ataupun sangat tinggi.
Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC
akan lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya
moderat.
4.
Model Kepemimpinan Normatif menurut Vroom dan Yetton
Vroom dan Yetton telah mengembangkan sebuah model
pengambilan keputusan kepemimpinan yang menunjukkan jenis-jenis situasi di mana
berbagai tingkatan pengambilan keputusan partisipatif akan tepat. Mereka
mencoba menyediakan suatu model normatif. Pendekatan mereka beramsumsi bahwa
suatu gaya kepemimpinan mereka agar sesuai dengan situasi.
Vroom dan Yetton (1973) mengembangkan model
kepemimpinan normatif dalam 3 kunci utama yaitu: metode taksonomi kepemimpinan,
atribut-atribut permasalahan, dan pohon keputusan (decision tree). 5 tipe kunci
metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973) adalah:
1.
Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini
terdapat pada pemimpin.
2.
Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat
pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan
dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
3.
Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan,
mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok;
lalu membuat keputusan.
4.
Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran
mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5.
Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi
kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh
kelompok.
5.
Teori Path-Goal dalam kepemimpinan
Path goal theory leadership adalah sebuah
teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh House dalam Robbibs dan Judge (2009) yang
menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan pada
inisiating structure dan consideration serta teori pengharapan. Robert house
menyampaikan teorinya bahwa kepemimpinan yang efektif menggunakan dominasi,
memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas tinggi untuk
meningkatkan karismatiknya. Dengan kharismanya pemimpin transformational akan
menantang bawahannya untuk melahirkan karya istimewa. Robbins dan Judge (2009)
menyatakan bahwa inti dari path goal theory adalah bahwa merupakan tugas pemimpin
untuk memberikan informasi dan dukungan yang dibutuhkan kepada para pengikut
agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan. Istilah path goal berasal dari
keyakinan bahwa para pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukkan jalan
guna membantu pengikut-pengikutnya mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan demi
pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai
rintangannya.
Menurut
teori path-goal, suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada
tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu
atau masa mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang:
1.
Membuat bawahan merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif.
2.
Menyediakan ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam kinerja efektif.
Robert House mengenali empat perilaku pemimpin:
1.
Kepemimpinan Pengarah (directive-leader)
Pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa
yang yang diharapkan dari mereka,
memberitahukan jadwal kerja yang harus disesuaikan dengan standar kerja, serta
memberikan bimbingan atau arahan secara spesifik tentang cara-cara
menyelesaikan tugas tersebut (termasuk didalamnya : perencanaan, pengorganisasian,
koordinasi, dan pengawasan).
2.
Kepemimpinan Mendukung (supportive leader)
Pemimpin bersifat ramah dan menunjukkan
kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan
menunjukkan tentang keberadan mereka, status dan kebutuhan-kebutuhan pribadi,
sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang menyenangkan
diantara anggota kelompok. Kepemimpinan mendukung (supportive leader)
memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka mengalami
frustasi dan kekecewaan.
3.
Kepemimpinan Partisipatif (participative leader)
Pemimpin partisipatif berkonsultasi
dengan bawahan dan menggunakan saran-saran dan ide mereka sebelum mengmbil
keputusan. Kepemimpinan partisipatif dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.
4.
Kepemimpinan Berorientasi Prestasi (achievement-oriented leader)
Gaya kepemimpinan dimana pemimpin
menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi
semaksimal mungkin serta terus menerus mencari pengembangan prestasi dalam
proses pencapaian tujuan tersebut.
Berlawanan
dengan pandangan Fiedler tentang perilaku pemimpin, House berasumsi bahwa
pemimpin itu bersifat fleksibel. Teori path-goal mengimplikasikan bahwa
pemimpin yang sama mampu menjalankan beberapa atau keseluruhan perilaku yang
bergantung pada situasi. Secara mendasar, model ini menjelaskan apa yang harus
dilakukan oleh seorang pimpinan untuk mempengaruhi persepsi bawahan tentang
pekerjaan dan tujuan pribadi mereka dan juga menjelaskan apa yang harus dilakukan
oleh seorang pemimpin untuk memotivasi dan memberikan kepuasan kepada
bawahannya.
Model Path-Goal menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
1. Fungsi Pertama adalah memberi
kejelasan alur. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya
dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan di dalam menyelesaikan
tugasnya.
2.
Fungsi Kedua adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya dengan memberi dukungan dan perhatian terhadap
kebutuhan pribadi mereka.
B. Perencanaan
Penetapan Manajemen
1. Pengertian
Perencanaan Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi
untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan adalah salah satu unsur
manajemen yang secara tidak langsung menyatakan bahwa manajer harus terlebih
dahulu memikirkan segala sesuatunya dengan matang berkenaan dengan tujuan dan
tindakannya. Perencanaan memberikan tujuan dan arah kepada organisasi,
menentukan apa yang dikerjakan, kapan akan dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, dan siapa yang akan mengerjakannya.
Dalam manajemen, perencanaan adalah
proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan
itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak
akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal
atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan
bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana
formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam
jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota
korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana
itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan
kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
2.
Langkah-langkah Menyusun Perencanaan didalam Organisasi
Menurut Hasanuddin (2004) langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam menuyusun perencanaan secara umum adalah sebagai
berikut:
1.
Mendefinisikan persoalan yang direncanakan dengan jelas dan baik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
2.
Mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan kegiatan yang mungkin akan terjadi
dalam rangka pencapaian tujuan tersebut.
3.
Melakukan analis terhadap informasi yang dapat dikumpulkan dan
mengklasifikasikannya atas kepentingannya.
4.
Menetapkan batas-batasan perencanaan.
5.
menetapkan alternatif-alternatif perencanaan.
6.
Memilih rencana yang akan dipakai dari alternatif-alternatif yang ada.
7.
Menyiapkan langkah-langkah pelaksanan yang lebih rinci serta penjadwalan
pelaksanaan.
8.
Melakukan pemeriksaan ulang (review) terhadap rencana yang diusulkan sebelum
rencana dilaksanakan.
3.
Manfaat Perencanaan didalam Suatu Organisasi
Perencanaan
adalah fungsi manajemen yang paling penting karena dalam perencanaan ini diformulasikan apa yang akan dikerjakan,
siapa yang mengerjakan, di mana dan bagaimana cara, serta bagaimana menilainya.
Adanya perencanaan yang baik akan memberikan beberapa manfaat, yaitu:
a Mengarahkan kegiatan organisasi yang
meliputi penggunaan sumber daya dan penggunaannya untuk mencapai tujuan
organisasi;
b
Memantapkan konsistensi kegiatan anggota
organisasi agar sesuai dengan tujuan organisasi;
c Kemajuan organisasi dapat dimonitor dan
diukur sehingga tindakan korektif dapat diambil bila tingkat kemajuan tidak
memuaskan.
4. Jenis Perencanaan didalam organisasi
Menurut
Asnawir Ada tujuh jenis-jenis perencanaan, yang kesemua itu dilihat dari sudut
pandang berbeda, di antara jenis-jenis perencanaan tersebut adalah:
Dilihat dari segi waktu:
Dari segi waktu perencanaan dapat dibagi
menjadi tiga yaitu:
1. Perencanaan jangka panjang, yang termasuk dalam perencanaan jangka panjang
adalah rentang waktu sepuluh sampai tiga puluh tahun. Perencanaan jangka
panjang ini bersifat umum, dan belum terperinci.
2. Perencanaan
jangka menengah, jangka menengah biasanya mempunyai jangka waktu antara lima
sampai sepuluh tahun.
3. Perencanaan
jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka waktu antar satu tahun
sampai lima tahun.
Dilihat dari segi sifatnya
Perencanaan dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Perencanaan kuantitatif, yang termasuk perencaan kuantitatif adalah semua
target dan sasaran dinyatakan dengan angka-angka.
2. Perencanaan kualitatif adalah
perencanaaan yang ingin dicapai dinyatakan secara kualitas.
Perencanaan dari segi luas wilayah
Perencanaan pendidikan dipandang dari
segi luas wilayah dapat dibagi menjadi empat:
1. Perencanaan
local, yaitu perencanaan yang disusun dan ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang
ada di daerah-daerah dengan sifat yang terbatas.
2. Perencanaan
regional adalah perencanaan yang ditetapkan di tingkat propinsi.
3. Perencanaan
nasional, adalah perencanaan di suatau Negara dan dijadikan dasar untuk
perencanaan local dan regional.
4. Perencanaan
internasional yaitu perencanaan oleh bebebrapa Negara yang melewati batas-batas
suatu negara yang dilaksanakan melalui dari Negara-negara tersebut.
Perencanaan dari segi luas jangkauan
Terbagi menjadi dua yaitu:
1.
Perencanaan makro yaitu perencanaan yang bersifat universal, menyeluruh dan meluas.
2. Perencanaan mikro adalah perencanaan
yang ditetapkan dan di susun berdasarkan kondisi dan situasi tertentu.
Dari segi prioritas pembuatnya
Perencanaan dapat dibagi menjadi tiga:
1. Perencanaan
sentralisasi, yaitu perencanaan yang ditentukan oleh pemerintah pusat pada suatu
Negara.
2. Perencanaan
desentralisasi yaitu perencanaan yang di susun oleh masing-masing wilayah.
3. Perencanaan
dekonsentrasi yaitu perencanaan gabungan antara sentralisasi dengan
desentralisasi.
Dari segi obyek
Perencanaan dibagi menjadi dua:
1.
Perencanaan rutin yaitu perencanaan yang di susun untuk jangka waktu tertentu yang dilakukan setiap tahun.
2. Perencanaan eksendental, yaitu
perencanaan yang di susun sesuai dengan kebutuhan
yang mendesak pada saat tertentu.
Dari segi proses
Perencanaan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok:
1. Perencanaan
filosofikal, yaitu perencanaan yang bersifat umum, hanya berupa konsep-konsep
dari nilai yang bersifat ideal dan masih memerlukan penafsiran-penafsiran dalam
bentuk program.
2. Perencanaan
programial adalah perencanaan berupa penjabaran dari perencanaan filosofikal.
3. Perencanaan
operasional yaitu perencanaan yang jelas dan dapat dilakukan.
Ada juga yang membagi jenis perencanaan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Rencana strategik
Yang
disusun untuk mencapai tujuan umum organisasi, yaitu melaksanakan misi
organisasi. Sering juga disebut Perencanaan Jangkah Panjang (longe range
planning) adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut tujuan jangka
panjang organisasi, kebijakan yang harus diperhatikan, serta strategi yang
harus dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk melaksanakan strategi
tersebut harus pula disusun program kerja yang terinci, mencakup kegiatan yang
harus dilakukan, kapan harus dimulai, kapan harus selesai, dan siapa yang harus
bertanggung jawab, serta sumber daya manusia yang diperlukan. Singkatnya
perencanaan strategik adalah proses perencanaan jangka panjang yang sudah
diformalkan, yang digunakan untuk merumuskan tujuan organisasi serta cara
menghadapinya.
2. Rencana operasional
Yang merupakan rincian tentang bagaimana
rencana strategik dilaksanakan. Rencana Operasional terdiri atas bentuk , yaitu
: (1) rencana sekali pakai (single use plan) yakni rencana yang disusun untuk
mencapai tujuan tertentu dan dibubarkan segera setelah tujuan ini tercapai; (2)
rencana permanen (standing plans), yakni pendekatan pendekatan yang sudah di
standarisasi untuk menghadapi situasi berulang dan dapat diramalkan sebelumnya.
Sumber;
Gaspersz, Vincent. (2007). Organizational excellence. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Griffin, Ricky. (2004). Manajemen jilid 1 ed 7. Jakarta:
Erlangga.
Hasanuddin, Rahman. (2004). Manajemen fit and proper test. Jakarta:
Pustaka Widyautama.
Munandar, Ashar. (2001). Psikologi industri dan organisasi.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Purnastuti, Losina. (2001). Ekonomi. Jakarta: Grasindo.
Zain, Mohammad. (2007). Manajemen perpajakkan ed 3. Jakarta:
Salemba Empat.
http://goenable.wordpress.com/2012/01/08/jenis-jenis-perencanaan/
Komentar :
Posting Komentar