Rabu, 21 Maret 2012

Kesehatan Mental

Kesehatan Mental
Hemmpp di semester empat ini, saya mendapatkan mata kuliah kesehatan mental yang dimana saya akan membahas secara lebih jelas apa itu konsep kesehatan mental  beserta dimensinya dan sejarah perkembangan kesehatan mental itu sendiri. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat uraian dibawah ini.
Konsep Sehat Beserta Dimensinya?                 
Apakah konsep sehat itu???????  Konsep sehat adalah konsep yang timbul dari diri kita sendiri secara sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi tubuh kita. Konsep sehat ini terkait dengan ketiga komponenyang saling terkait diatas. Pemahaman konsep sehat ini juga bisa diartikan sebagai keseimbangan, keserasian,  keharmonisan antara faktor  pikir, (akal),  jiwa ( mental/siritual), dan raga ( fisik, lahiriah ). Jika ketiga faktor ini terintergrasi secara baik dan berimbang., kita telah dapat memahami konsep sehat secara utuh. Konsep sehat inilah yang akan menuntun kita pada pola atau tata laku sehari-hari yang sehat.
Banyak yang memberikan batasan sehat dengan pengertian yang amat beragam, diantaranya sebagai berikut. Perkin (1938) mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaanseimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya ( Azwar,1984). Definisi ini menekankan kesehatan dari aspek fisik-biologis dengan menyampingkan dimensi psikis-biologis.
Pengertian kesehatan yang holistis sesuai hakikat manusia dirumuskan oleh WHO ( World Health Organization ) yang berbunyi sehat adalah suatu keadaan jasmani, rohani, sosial yang sempurna dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (depkes,1965)
Sejak tahun 1948, WHO telah menggariskan bahwa “ health is a state of complete physical , mrnta; and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity “( sehat adalah suatu kondisi sehat jasmani rohani sosial dan bukan hanya terbebasnya seseorang dari penyakit , cacat atau kelemahan). Berdasarkan terminologi ini, paling tidak ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar orang dikatakan sehat.
Syarat pertama orang harus memiliki jasmani sehat , yaitu memiliki tubuh yang terbebas dari penyakit – penyakit fisik seperti TBC, diabetes mellitus, atau hepatitis. Selain itu orang juga tidak harus memiliki kecacatan dan kelemahan fisikdalam berbagai bentuk. Ukuran kesehatan jasmani ini dapat dikalibrasi secara obejktif oleh dokter. Dengan menggunakn bermacam teknik dan metode pemeriksaan yang tersedia, para dokter juga mengecek seluruh organ tubuh manusia dan mengindentifikasi  apakah seseorang memiliki kelainan atau tidak, bila hasil pemerikasaan ini tidak menemukan adanya kecacatan,penyakit atau kelainan orang yang bersangkutan dapat dikatakan sehat secara jasmani.
Syarat kedua, orang mesti juga sehat secara psikis atau rohani. Untuk disebut sehat secara psikis, orang harus terbebas dari segala bentuk kelainan perilaku dan gangguan kejiwaan. Mereka harus terbebas dari gangguan kepribadian dean perilaku seperti sikap introvert, maniac, dan gangguan orientasi seks. Mereka juga harus terbebas dari segala penyakit kejiwaan seperti psikosis dan neurotik . mereka tidak boleh memiliki rasa curiga dan sikap irasional yang berlebihan terhadap orang dan lingkungannya, yang merupakan indikasi akan adanya gangguan kejiwaan paranoid, waham dan neurosis. Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “jiwa yang sehat terdapat didalam tubuh yang sehat “ ( Men Sana In Corpore Sano )” .
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut :
Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal  dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritk serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan yang lain. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, semburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
Syarat ketiga, adalah sehat adalah terdapatnya kondisi sehat sosial, yaitu diterimanya seseorang dalam kehidupan sosialnya,termasuk dalam kehidpan keluarga , tetangga maupun masyarakatnya. Dia mesti menjadi orang yang dapat hidup dan bekerja sama dengan tetangga dan teman-temannya, tidak menjad pribadi yang terisolir ditengah keramaian, mampu menrima kelebihan dan kekuranngan orang lain, serta mampu menempatka drinya secara wajar ditengah komunitasnya.
Syarat keempat, adalah sehat spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health “  karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Sebelum membahas sejarahanya saya akan menjelaskan apa mental itu,??? Mental adalah kondisi kejiwaan yang telah ada sebelumnya, baik secara kodrati maupun yang didapat selama seseorang berinteraksi terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar, juga kemampuan untuk beradaptasi secara keiwaan terhadap lingkungan barunya,termaksuk didalamnya emosi, mood, motivasi dan kemampuan mempertahankan kondisi mental terhadap paparan emosional dari luar, dan sebagainya. Secara spiritual keadaan mental juga merupakan representasi nurani atau budi seseorang. Salah satu kebenaran yang nyata adalah nurani, atau sering juga disebut  kata hati.kata hati inilah yang bisa membedakan benar dan salah. Apabila seseorang sudah tidak bisa membedakan benar dan salah, kemungkinan dia mengalami gangguan mental.
Secara praktis kesehatan mental juga bisa diartikan sebagai kemampuan dalam menata tingkat emosional pada berbagai situasi, yang secara umumjuga dikenenal dengan istilah Emotional Qutient (eq). Kemampuan memilih berbagai hal yang mempengaruhi  kondisi emosi, untuk kemudian membuat urutan berdasarkan skala prioritasnya. Dalam menentukan antara benar dan salah berbagai hal, didalam diri kita sering sekali terdapat gejolak emosi. Disadariatau tidak hal ini menyebabkan  stresor tersendiri. Oleh karena itu, kita bisa mentukan benar atau salah sesuai proporsinya sehingga tidak mengganggu kondisi mental dan kita terhindar dari stres.
Sejarah Singkat Perkembangan Kesehatan Mental; penyakit mental sama usianya dengan manusia. Meskipun secara mental belum maju, nenek moyang homo sapiens mengalami gangguan-gangguan mental seperti halnya dengan homo sapiens sendiri. Mereka dan keturunan mereka sangat takut akan predator. Merek menderita berbagai kecelakaan dan demam yang merusak mental mereka, dan mereka juga merusak mental orag-orag lain dalam perkelahia-perkelahian. Sejak itu manusia dengan rasa putus asa selalu berusaha menjelaskan penyakit mental, mengatasinya, dan memulihkan kesehatan mental. Mula-mula penjelasannya sederhana, ia menghubungkan kekalutan-kekalutan mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain, atau roh-roh jahat.
Semua nenek moyang homo sapiens kadang-kadang harus memperhatikan kesehatan mental. Ia mungkin menghibur seorang kawannya yang sedang kebingungan, atau bereteriak dengan menatap kelangit yang gelap untuk menjernihkan pikirannya ketika bangun darimimpi buruk dicakar harimau. Dewasa ini juga manusia masih berusaha menjelaskan penyakit mental dan persoalan menghilangkan penyakit mental itu dan hal ini meruapakan teka-teki yang paling sulit selama berabad-abad.
Hanya perlu diketahui disini bahwa sejarah yang tercatat melaporkan berbagai macam interprestasi mengenai penyakit mental dan cara-cara meguranginya atau menghilangkannya. Pada umumnya hal tersebut mencerminkan tingkat pengetahuan dan kecenderungan-kecenderungan religius, filosofis, dan keyakinan-keyakinan serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat zaman itu. 


Teori perkembangan kepribadian menurut Sigmund Freud
Freud merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian dan terutama menekankan peranan menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi.
Berikut tahap-tahap dari kepribadian Sigmund Freud;
1. Tahap oral : tahap perkembangan freud yang pertama terjadi pada usia 18 bulan pertama. Dimasa kesenangan bayi berpusat disekitar mulut.seperti mengunyah, megisap, dan menggigit adalah sumber kesenangan utama.
2. Tahap anal :tahap perkembangan freud yang kedua, terjadi antara usia 1,5 dan 3 tahun, dimana kesenangan terbesar anak meliputi anus atau pembuangan yang berhubungan dengan anus
3. Tahap falik : tahap perkembangan freud yang ketiga yang terjadi antara usia 3 sampai dengan 6 tahun, selama tahap faik kesenangan berpusat pada alat kelamin karena anak menemukan bahwa memanipulasi diri sendiri memberikan kenikmatan.
4. Tahap latensi : tahap perkembangan freud yang keempat, yang terjadi antara usia 6 tahun dan pubertas. Anak menekan semua minat seksual dan mengembangkan ketrampilan intelektual dan sosial.
5. Tahap genital : tahap perkembangan yang kelima, terjadi mulai masa pubertas, tahap genital adalah masa kebangkitan kembali dorongan seksual.

Teori perkembangan kepribadian Erikson ( psikososial )
perkembangan berlagsung melalui tahap-tahap, erikson mempunyai delapan tahap , empat tahap yang pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan ketiga tahap yang terkahir pada tahuntahun dewasa dan usia tua. Dalam tulisan erikson, tekanan khusus diletakkan pada amsa adolesen karena masa tersebut merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.berikut delapan tahapan menurut erikson:
1. Kepercayaan Dasar Versus Kecurigaan Dasar
Terbentuk selama tahap sensorik oral dan ditunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya untuk tidur dengan nyaman, dan membuang kotoran dengan santai.
2. Otonomi Versus Perasaan Malu dan Keragu-Raguan
Tahap kedua tahap kehiduapan ( tahap muskular  anal dalam skema psikoseksual ) dimana anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, serta kewajiban-wajiban dan hak-haknya dan pembatasa pembatasan yang dikenakan pada dirinya.
3. Inisiatif Versus Kesalahan
Pada tahap ini setara dengan tahap lokomotor-genital dalam psikoseksualitas, ialah tahap inisiatif, suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab.
4. Kerajinan Versus Inferioritas
Anak harus belajar mengontrol imajinasi yang sangat kayandan mulai menempuh pendidikan formal. Mengembangkan suatu sikap raji dan memeplajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan.
5.Identitas Versus Kekacauan Identitas
Individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat.
6. Keintiman Versus Isolasi
Dalam tahap ini orang-orang dewasa awal ( yaoung adulth ). Siap dan ingin menyarukan identitasnya dengan orang-orang lain. Hubungan0unbungan yang intim dan akrab.
7. Generativitas Versus Stagnasi
Perhatian terhadap apa yang dihasilakan keturunan, produk-produk, ide-ide dan sebagainya serta pembentukkan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi-genarasi mendatang
8. Integritas Versus Keputusasaan
Suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang produk-produk dan ide-ide setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan –kegagalan dalam hidup atau pola pada masa pensiun

Kepribadian Sehat
Kita semua entah berpikir bahwa kita memiliki, atau merasa memiliki, atau ingin memiliki kepribadian yang sehat. Dan berikut tiga diantaranya yang paling sesuai.
Pertama, kepribadian kita bisa dikatakan sehat bila kita sengaja mencari kebaikkan dalam diri setiap orang dan setiap situasi. Kepribadian kita tidak sehat bila kita mncari keburukan dalam dri setiap orang dan situasi.
Kedua kepribadian kita bisa dikatakan sehat bila kita dengan ikhlas memaafkan orang yang menyakiti kita dalam hal-hal tertentu. Sebagian besar ketidak bahagian dan penyakit psikosomatris disebabkan ketidak mampuan memaafkan serta memendam dendam sekian lama setelah kejadian berlalu. Tindakan memaafkan memberikan pengaruh yang membebaskan bagi kepribadian kita. Orang dengan kepribadian sehat tidak membeci dimasa silam.
Ketiga kepribadian kita bisa dikatakansehat bila kita mudah bergaul dengan berbagai kalangan. Setiap orang bisa bergaul dengan beberapa orang. Kita juga selalu bergaul dengan orang-orang yang kurang lebih sama dengan kita, postof atau negatif. Namun orang yang benar-benar sehat mudah bergaul dengan bergaul dengan beragam jenis orang temperamen berbeda, kepribadian berebda, sikap berbeda, nilai berbeda, dan pendapat berbeda.

Demikianlah hasil ulasan yang saya buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.










Daftar Pustaka;

Chandra, budiman.2009.Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Wratsongko, madyo.2010.Sehat adalah obat.Jakarta: Gramedia

Semiun, Yustinus.2006.Kesehatan mental 1.Yogyakarta: Kanisius ( Anggota IKAPI )

Santrok, john w.2003.Adolescene perkembangan remaja.Jakarta: Erlangga

S, Ariesandi.2010.The ultimate succes.Jakarta: Gramedia

Supratiknya, A.1993. Psikologi kepribadian 1 teori-teori psikodinamik klinis.Yogyakarta: Kanisius


 God Bless You :)

Komentar :

ada 0 komentar ke “Kesehatan Mental”

Posting Komentar

Music

Now Playing : Nikita-Janjimu Seperti Fajar







Chat


ShoutMix chat widget

Peta & Total Pengunjung

New Articles






aquUww

aquUww
 
Virgo Pendidikan is proudly powered by Blogger.com | Template by OzoneTemplate