Mengulas Jurnal Mengenai Pengalaman Komunikasi Orantua Dan Remaja Dalam Memahami Dampak Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook
Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal belakangan ini. Pertumbuhan penggunaan Internet yang pesat juga terjadi di Indonesia, beberapa tahun ini jumlah pengakses Internet di Indonesia mengalami peningkatan yang tajam. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2009 menyebutkan, pengguna Internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta. Pertumbuhannya setiap tahun antara 25 persen (Kompas, 8 Februari 2010).
Berdasarkan hasil riset Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009, pengguna Internet terbesar adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Sementara berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, usia 0-8 tahun tergolong usia anak-anak dan sementara 15-19 termasuk golongan remaja. Sebanyak 53 persen dari kalangan remaja itu mengakses internet melalui warung internet, sementara 19 persen mengakses via telepon seluler. Riset Nielsen juga mengungkapkan, pengguna Facebook pada 2009 di Indonesia meningkat 700 persen dibanding pada tahun 2008 (Kompas, 8 Februari 2010)
Perkembangan teknologi bagai pisau bermata dua. Manfaat yang dihasilkan selaras dengan ancaman bahaya yang mungkin ditimbulkan apabila digunakan tidak semestinya. Mengawali tahun 2010, media massa di Indonesia mulai dari televisi, surat kabar, tabloid, dan radio menginformasikan tentang kasus kriminal yang melibatkan salah satu situs jejaring sosial yang sedang marak digunakan remaja di Indonesia, yaitu facebook . Sebagai contoh, kejahatan yang marak diberitakan di media massa berkaitan dengan penggunaan facebook oleh remaja adalah penipuan, prostitusi online, human trafficikng, dan pencemaran nama baik (Juju,2010:73).
Merebaknya kasus-kasus negatif yang berhubungan dengan penggunaan facebook ini menimbulkan kekhawatiran orang tua. Peran orang tua sangat penting untuk ikut terlibat bersama anak-anak mereka dalam penggunaan Internet guna membentuk berbagai pemikiran kritis. Terlebih dalam berhubungan dengan orang-orang yang mereka jumpai saat online. Keluarga sebagai benteng pertama pertahanan anak sebelum memasuki dunia luar, memiliki pengaruh yang sangat penting. Komunikasi antara orang tua dan anak harus tercipta dengan baik dalam masa perkembangan anak serta proses pengawasan anak dalam menggunakan situs jejaring sosial facebook. Selain dampak positif tentu saja keluarga juga harus mewaspadai penggunaan facebook yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak mereka. Oleh karena itu, penelitian ini digunakan untuk mempertanyakan bagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh orangtua dan anak remaja mereka dalam memberikan pemahaman mengenai dampak penggunaan situs jejaring social facebook.
Orangtua perlu melakukan pengawasan kepada anak remaja mereka dalam menggunakan facebook , dalam hasil penelitian disebutkan bahwa hampir seluruh informan orangtua setuju bahwa pengawasan masih perlu dilakukan kepada anak remaja guna mengajarkan disiplin serta bimbingan karena kedudukan remaja di dalam keluarga yang masih memerlukan bantuan peran orangtua dalam memahami pengalaman-pengalaman yang ada di sekitar kehidupan mereka.
Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul yang umumnya adalah individu atau organisasi yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide,teman, dan keturunan. Begitu pula dengan situs facebook ini yang juga memiliki fungsi menunjukan jalan dimana para penggunanya berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Melalui facebook , kita juga dapat menjalin komunikasi dengan teman-teman ataupun relasi baru. Layanan facebook ini merupakan sistem berbasis web berbasiskan menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi penggunanya untuk dapat berinteraksi seperti memperbarui profil pribadi, memperbarui status, berkirim komentar, chatting, mengirim pesan, video, blog, dan diskusi grup.
Anak-anak dan remaja saat ini merupakan golongan masyarakat yang digital native. Sementara itu, generasi orangtua dari mereka saat ini masih cenderung menjadi digital immigrant. Akibatnya, kesadaran akan potensi negatif yang mengancam anak- anak dan remaja tidak disadari dan diseriusi oleh kalangan dewasa. Anak dan remaja dapat digambarkan sebagai digital native, merupakan kalangan serupa penduduk asli di dunia digital saat ini. Mereka lahir dan tumbuh di era digital yang menjadikan mereka memiliki cara berpikir, berbicara, dan bertindak berbeda dengan generasi sebelumnya yang diibaratkan sebagai digital immigrant. Adapun kalangan orangtua saat ini diasosiasikan sebagai digital immigrant atau penduduk pendatang yang masih berusaha beradaptasi di dunia digital (Kompas,8 Februari 2010).
Le Poire menjelaskan bahwa peran di dalam keluarga dibagi menjadi dua, yaitu (1) Peran Pemeliharaan dan (2) Peran Pengaturan (kontrol). Dalam peran pemeliharaan di dalamnya terdapat peran penyedia yang merupakan anggota keluarga yang bertanggung jawab dalam menentukan sumber penyediaan uang, makanan, pakaian, dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk memelihara rumah tangga. Dan peran pengasuh, syarat pengasuhan meliputi memberikan perhatian, dukungan, dan kehangatan (namun tidak terbatas pada, perhatian pada anak-anak dan pekerjaan rumah tangga). Sama halnya dengan penyedia, pengasuh juga nampaknya sama-sama dapat bertukar melalui batasan gender. Mayoritas pengasuh dilekatkan dengan seorang ibu (LePoire, 2006 : 58).
Kesimpulan
1. Ketergantungan aktivitas anak remaja dalam bermain facebook dilatarbelakangi oleh pengawasan dan perhatian yang kurang dari orangtua, hal ini dilihat dari kondisi dimana kedua orangtua yang sibuk bekerja. Selain itu, kesulitan lainnya dikarenakan faktor pengetahuan orangtua yang terbatas mengenai situs jejaring sosial facebook . Kurangnya pengetahuan ini digunakan remaja untuk berinteraksi secara bebas di dalamfacebook. Remaja menggunakan facebook sebagai media untuk mengungkapkan diri mereka sehingga dengan interkasi tersebut dapat memicu pergaulan dengan teman baru yang dikenal melaluifacebook yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya pertemuan di dunia nyata.
2. Cara pengawasan yang dilakukan oleh orangtua dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yang pertama adalah pengawasan langsung, dialog tatap muka yang didalamnya meliputi dialog dalam penetapan batasan-batasan yang sebaiknya dilakukan dan tidak, dan yang terakhir adalah pemberian kepercayaan anak untuk menggunakan facebook mereka secara bebas namun bertanggung jawab.
Sumber ;
http://eprints.undip.ac.id/24949/1/SUMMARY_PENELITIAN_Niken_Olivia.pdf
Sumber ;
http://eprints.undip.ac.id/24949/1/SUMMARY_PENELITIAN_Niken_Olivia.pdf
Komentar :
Posting Komentar