Jumat, 17 Januari 2014

Artificial Intelligence (AI)



Artificial Intelligence (AI)

A.      Sejarah Artificial Intelligence (AI)
Pada awal abad 17, René Descartes mengemukakan bahwa tubuh hewan bukanlah apa-apa melainkan hanya mesin-mesin yang rumit. Blaise Pascal menciptakan mesin penghitung digital mekanis pertama pada 1642. Pada abad 19, Charles Babbage dan Ada Lovelace bekerja pada mesin penghitung mekanis yang dapat diprogram (www.wikipedia.com).
Dalam bentuk aslinya, DDS (Digital Data Storage) menekankan penggunaan pemodelan matematika dan pengajuan permintaan ke basis data. Tidak lama kemudian, para perancang DDS mulai menyadari kebutuhan untuk menggabungkannya dengan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan (artificial intelligence - AI) adalah aktifitas penyediaan mesin seperti komputer dengan kemampuan untuk menampilkan perilaku yang akan dianggap sama cerdasnya dengan jika kemampuan tersebut ditampilkan oleh manusia. AI merupakan aplikasi komputer yang paling canggih karena aplikasi ini berusaha mencontoh cara pemikiran manusia (McLeod & Schell, 2007).
Bibit AI pertama kali disebar hanya dua tahun setelah General Elektric menerapkan komputer yang pertama kali digunakan untuk penggunaan bisnis. Tahun itu adalah tahun 1956, dan istilah kecerdasan buatan pertama kali dibuat oleh John McCarthy sebagai tema suatu konferensi yang dilaksanakan di Dartmouth College (McLeod & Schell, 2007).
Pada tahun yang sama, program komputer AI pertama yang disebut Logic Theorist. Kemampuan logic theorist yang terbatas untuk berpikir (membuktikan teorem-teorema kalkulus) mendorong para ilmuan untuk merancang program lain yang disebut General Problem Solverb (GPS), yang ditujukkan untuk digunakan dalam memecahkan segala macam masalah. Proyek ini ternyata membuat para ilmuan yang pertama kali menyusun program ini kewalahan, dan riset AI dikalahkan oleh aplikasi-aplikasi komputer yang tidak terlalu ambisius seperti SIM dan DDS. Namun seiring waktu, riset yang terus menerus akhirnya membutuhkan hasil, dan AI telah menjadi wilayah aolikasi komputer yang solid (McLeod & Schell, 2007).

B.       AI dan Kognisi Manusia (Mesin Berpikir)
Semua orang yang merangkai model proses distribusi paralel seperti neuron, telah bekerja keras untuk mencoba menemukan solusi atas pertanyaan tentang otak sebagai mesin berpikir (Solso, Maclin & Maclin, 2008).
Otak sebagai mesin berpikir melalui riset psikologi selama lebih dari 1 abad, terutama melalui riset psikologi kognitif beberapa abad yang lalu. Apa yang telah kita pelajari tentang mesin berpikir kita, yang disebut otak, adalah bahwa mesin ini berbeda secara fundamental dibandingkan dengan komputer Von Neuman yang sekarang biasa digunakan. Mungkin AI akan berperan lebih jauh jika komputer lebih menyerupai otak (Solso, Maclin & Maclin, 2008).
Beberapa program komputer bekerja lebih efektif dari pada pikiran manusia, dan kebanyakan sangat pintar menirukan hal-hal nyata meski masih sedikit janggal. Komputer mampu memecahkan beberapa masalah, seperti sebuah soal matematika yang mendetil, lebih cepat dan lebih akurat dari pada manusia. Beberapa tugas lain seperti menggeneralisasikan dan mempelajari pola aktifitas yang baru, dilakukan paling baik oleh manusia, dan komputer masih kalah baik. Pikiran manusia adalah murni proses manusia, yang bahkan jika disintesis oleh mesin secara terpisah, tidak akan mampu diduplikasi oleh program AI (Solso, Maclin & Maclin, 2008).

C.       AI dan Sistem Pakar
1.    Eliza
Salah satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi, Eliza, ditulis oleh Joseph Weiszenbaum (1996). Beberapa revisi atas Eliza telah dibuat dari konsep aslinya. Pada suatu program yang spesifik, bernama Doctor, Eliza mengambil peran seperti seseorang psikiater. Kekurangan Eliza: tidak adanya pengertian (Solso, Maclin & Maclin, 2008).
2.    Parry
Colby, dkk (1972) mensimulasikan seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang paranoid sebagai subyek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem paranoia memanga ada, perbedaan respon psikotis dan respon normalnya cukup hebat, dan mereka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respon simulasi komputer dan respon manusia (Solso, Maclin & Maclin, 2008).
3.    NETtalk
Program yang berdasarkan jaring-jaring neuron. Dikembangkan oleh Terry Sejnowski: jaringan neural berisi lapisan tersembunyi yang berkorespondensi dengan interneuron (Solso, Maclin & Maclin, 2008).

D.      Penggunaan AI sebagai expert system yang dapat digunakan untuk mendukung system pengambilan keputusan (Diagnosa)
Expert system atau sistem pakar  adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam. Sebagai contoh, dokter adalah seorang pakar yang mampu mendiagnosis penyakit yang diderita pasien serta dapat memberikan penatalaksanaan terhadap penyakit tersebut. Tidak semua orang dapat mengambil keputusan mengenai diagnosis dan memberikan penatalaksanaan suatu penyakit (Kusrini, 2008).
Sistem pakar atau expert system, yang mencoba memecahkan masalah yang biasanya hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar, di[andang berhasil ketika mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh pakar aslinya baik dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun hasil keputusan yang diperoleh (Kusrini, 2008).
Sebuah sistem pakar atau expert system memiliki dua komponen utama yaitu basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam memori komputer, di mana pengetahuan ini diambil dari pengetahuan pakar, sedangkan mesin inferensi merupakan otak dari aplikasisistem pakar, bagian inilah yang menuntun user untuk memasukkan fakta sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Apa yang dilakukan oleh mesin inferensi ini didasarkan pada pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan (Kusrini, 2008).

Daftar pustaka;
Kurini. (2008). Aplikasi sistem pakar. Yogyakarta: Andi Offset.

McLeod, R., Schell, G. P. (2007). Sistem informasi manajemen edisi sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.

Solso, L. R., Maclin, H. O. & Maclin, M. K. (2008). Psikologi kognitif edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.



Komentar :

ada 0 komentar ke “Artificial Intelligence (AI)”

Posting Komentar

Music

Now Playing : Nikita-Janjimu Seperti Fajar







Chat


ShoutMix chat widget

Peta & Total Pengunjung

New Articles






aquUww

aquUww
 
Virgo Pendidikan is proudly powered by Blogger.com | Template by OzoneTemplate