Selasa, 17 April 2012

Teori Kepribadian Sehat

Teori Kepribadian Sehat
Menurut Abraham Maslow:
Memahami dan menjelaskan konsep Abaraham Maslow mengenai kesehatan mental yang meliputi:
A.    Hierarki kebutuhan manusia
B.     Kepribadian yang sehat menurut Abraham Maslow
C.     Perbedaan meta needs dan deficiency needs
D.    Ciri-ciri aktualized people

A.Hierarki Kebutuhan Manusia
Abraham Maslow (dalam hall dan Lindsday, 1978; Papalia, Olds, dan Feldman, 1988; Wallace, 1993) mengemukakan bahwa pada prinsipnya pembentukkan dan perkembangan kepribadian manusia didasari oleh motivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan individu bergerak mengarahkan perilakunya guna mencapai kepuasan, baik kepuasan yang bersifat fisiologis, psikologis maupun sosiologis.
Kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut, menurut Maslow, bersifat hierarkis. Artinya, kebutuhan-kebutuhan tersebut berjenjang. Terpenuhinya salah satu kebutuhan tertentu ( terutama kebutuhan dasar-fisiologis), akan membawa konsekuensi pada diriindividu untuk berusaha memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi tigkatnya.dengan terpenuhi semua kebutuhan tersebut, akan membawa pengaruh positif bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Ia akan menjadi seorang manusia yang berkribadian sehat, baik secara fisik maupun psikologis. Sebaliknya, individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut dengan baik, menyebabkan ganguan-gangguan kepribadian atau psikopatologis, seperti ketidakstabilan emosi, munculnya sintom-sintom psikis, kekecewaan, stres, cemas, takut, khawatir, dan tidak tenang dalam hidupnya. Ketidakstabilan psikis ini akan berpengaruh terhadap gangguan kesehatan fisik.

Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Sebelum mengungkapkan teorinya, Maslow melakukan penelitian jangka panjang terhadap para tokoh yang telah yang telah mencapai puncak prestasi dalam kehidupannya. Dari penelitian tersebut, akhirnya Abraham Maslow menyimpulkan ada Lima jenis kebutuhan manusia sebagai berikut;

1.      Kebutuhan fisiologis atau dasar
2.      Kebutuhan akan rasa aman
3.      Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4.      Kebutuhan untuk dihargai
5.      Kebutuhan untuk aktualisasi diri

            Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang mengatur cara kerja termostat (alat pengendali suhu).  Kalau suhu terlalu dingin, alat itu akan menyalakan penghangat, sebaliknya kalau suhu terlalu panas, ia akan menyalakan dingin. Begitu pula dengan tubuh manusia, ketika manusia merasa kekurangan bahan-bahan tertentu, dia akan merasa memerlukannya. Ketika dia sudah cukup mendapatkannya, rasa butuh itu pun kemudian berhenti dengan sendirinya.
            Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut.  Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.

Kebutuhan fisiologis
            Yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas dari antara sekalian kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk mempertahankan hidupnya secara fsik, yaitu kebutuhannya akan makanan, minuman, temapt berteduh, seks, tidur dan oksigen. Sesorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri dan cinta pertama-tama akan memburu maknan terlebih dahulu. Ia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.
            Maslow menyatakan bahwa bahwa dapat saja, meski mungkin tidak terlalu bermanfaat, menyusun daftar panjang tentang kebutuhan fisiologis, tergantung seberapa rinci orang ingin membuatnya. Orang dapat menunjukkan misalnya, betapa aneka kenikmatan sensoris seperti berbagai jenis cita rasa, bau-bauan, sentuhan, dan sebagainya, dapat digolongkan sebagai kebutuhan-kebutuhan fisiologis yang mempengaruhi tingkah laku.
            Kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini juga diakui bahwa ditekankan oleh dua mazhab besar psikologi lainnya. Kaum behavioris berpendapat bahwa satu-satunya dorongan bawaan pada manusia bersifat fisiologis. Maslow menyatakan, pandangan ini boleh jadi lahir dari fakta bahwa banyak dari antara penelitian-penelitian behavioristik dilakukan dengan menggunakan subjek tikus, dan rupa-rupanya tikus hanya sedikit memiliki motivasi lain kecuali yang bersifat fisiologis.

            Maslow berpendapat, keyakinan kaum behavioris bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologis memiliki pengaruh yang besar pada tingkah laku manusia hanya dapat dibenarkan sejauh kebutuhan-kebutuhan itu tidak terpuaskan. Bagi banyak orang yang hidup ditengah masyarakat yang beradab jenis-jenis kebutuhan dasar ini telah terpuaskan secara memadai.
            Maslow berpendapat bahwa selama hidupnya praktis manusia selalu mendambakan sesuatu. Manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk suatu saat yang terbatas. Begitu suatu hasrat berhasil dipuaskan, segera muncul hasrat lain sebagai gantinya.

Kebuthan Akan Rasa Aman
            Segera setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang oleh Maslow dilukiskan sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan akan rasa aman ini biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan mengamati anak-anka atau orang-orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik. Para psikolog anak maupun guru menemukan bahwa anak-anka membutuhkan suatu dunia yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika unsur-unsur ini tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Kebebasan yang ada batasnya lebih disukai daripada serba dibiarkan sama sekali. Menurut Maslow, kebebasan yang ada batasnya semacam itu sesungguhnya perlu demi perkembangan anak ke arah penyesuaian yang baik.
            Orang-orang dewasa yang tidak amn atau neurotik bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. “orang semacam itu,” kata Maslow, “ bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam bencana besar. Artinya, ia akan selalu bertindak seolah-olah menggadapi keadaan darurat, dapat dikatakan, seorang dewasa yang neurotik akan bertingkah laku seolah-olah ia benar-benar takut kena pukul. Seorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya. Orang yang sehat juga menginginkan keteraturan dan stabilitas, namun kebutuha itu tidak sampai menjadi soal hdup atau mati seperti pada orang neurotik. Orang yang masak juga menaruh minat pada pada hal-hal yang baru dan misterius.


Kebutuhan Akan Rasa Memilki-dimiliki dan Akan Kasih Sayang
            Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dengan orang lain pada umumnya, khusunya kebutuhan akan rasa memiliki tempat di tengah kelompoknya,dan ia akan berusaha keras mencapi tujuan yang satu ini. Ia akan berharap memperoleh tempat semacam itu melebhi segala—galanya  di dunia ini, bahkan mungkin kini ia lupa bahwa tatkala ia merasa lapar ia mencemoohkan cinta sebagai sesuatu yang tidak nyata, tidak perlu atau tidak penting.
            Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak  boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipandang sebagai kebutuhan fisiologis semata-mata. Ia berkata, “biasanya tigkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, buka hanya oleh kebutuhan seksual melainkan juga oleh aneka kebutuhan lain, yang utama di antaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kebutuhan akan asih sayang.
            Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takit, sedangkan berbagi bentuk pertahanan pun akan runtuh. Sering kali cinta menjadi rusak jika salh satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahan terungkap.
            Maslow mengatakan, “ kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memeberi dan cinta yang menerima, kita harus memahami cinta; kita harus mampu mengajarkannya, menciptakannya, meramalkannya. Jika tidak, dunia ini akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.”

Kebutuhan Akan Penghargaan
            Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua penghargaan dari orang lain. yang pertama harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan, yang kedua penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).

Kebutuhan Aktualisasi Diri
            Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.

B.Kepribadian Yang Sehat Menurut Abraham Maslow
Tujuan yang menantang dari Maslow ialah mempelajari berapa banyak potensi yang kita miliki untuk perkembangan dan pengungkapan manusia yang penuh. Dia percaya bahwa untuk menyelidiki kesehatan psikologis, satu-satunya tipenorang yang dipelajari ialah orang yang sangat sehat. Maslow mengemukakan, apabila kita berbuat demikian, apabila kita mempelajari hanya orang-orang timpang, tidak matang, dan tidak sehat, maka kita akan melihat hanya sisi yang sakit dari kodrat manusia, orang-orang dalam keadaan yang paling buruk dan bukan dalam keadaan yang paling baik. Karena itu, Maslow mengemukakan bahwa kita harus mempelajari contoh-contoh yang paling baik, paling sehat, dan paling matang dari spesies manusia, dan dia memberikan analogi yang berikut.
            Maslow menyelidiki individu-individu ini dengan menggunakan bermacam-macam teknik-interview, asosiasi bebas, dan projective techniques dengan orang-orang yang masih hidup, analisis bahan biografi dan otobiografi dengan orang-orang yang sudah mati-dan menyimpulkan bahwa semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan instinktif. Kebutuhan-kebutuhan universal ini mendorong kita untuk bertumbuh dan berkembang, untuk mengaktualisasikan diri kita, untuk menjadi semuanya sejauh kemampuan kita. Jadi, potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan psikologis ada sejak lahir.
            Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Akan tetapi ada lebih banyak hal yang terkandung dalam teorinya tentang dorongan manusia. Kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat sampai kepada yang paling lemah. Kita dapat berpikir tentang tingkat kebutuhan-kebutuhan diri Maslow seperti suatu tangga; kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama sebelum berusaha mencapai anak tangga kedua, dan pada anak tangga kedua sebelum anak tangga ketiga dan seterusnya. Dengan car yang sama juga, kebutuhan yang paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tinggi tingkat kedua dan seterusnya anik tingkat sampai muncul kebutuhan kelima dan yang paling tinggi aktualisasi diri.
            Jadi, prasyarat mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah: (1) kebutuhan –kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta, (4) kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-uangnya sebagiannya dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.

C. Perbedaan Meta Needs dengan Deficiency Needs
Meta Needs
Deficiency Needs ( kebutuhan-kebutuhan dasar )
Ketika basic needs dalam hirarkhi Maslow telah terpenuhi kebutuhan aktualisasi diri dan pemahaman kognitif muncul. Manusia dimotfasikan oleh meta needs.

Meta needs tidak bersifat hirarkhis

Meta needs merupakan pembawaan manusia sebagaimana basic needs

Bila tidak terpenuhi mengakibatkan orang-orang mengalami metapologi
Kebutuhan akan dorongan fisiologis seperti: rasa lapar, haus, oksigen dan seks.

Kebutuhan akan rasa aman, meliputi: kebutuhan akan perlindungan, keamanan, hukum, kebebasan dari rasa takut, dan kecemasan.

Kebutuhan untuk memiliki, meliput: kebutuhan untuk berteman, berkeluarga, atau beroganisasi.

Kebutuan akan harga diri, meliputi: pengahrgaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita sendiri, dan juga penghargaan atas penilaian orang lain.

Metapatologi Meta needs diantaranya:
·         Kebenaran
·         Kebaikkan
·         Keindahan’
·         Kesatuan
·         Transendensi-dkotomi
·         Penuh energi
·         Keunikan individualitas
·         Kesempurnaan
·         Keperluan
·         Penyelesaian, penghabisan
·         Keadilan
·         Kesederhanaan
·         Kekayaan, keseluruhan dan kelengkapan perhatian pada dunia
·         Kesanggupam untuk berdiri sendiri
·         Penuh arti
Sifat-sifat kebutuhan dasar ( Deficiency Needs ):
a.  Ketiadaannya menimbulkan penyakit.
b.  Keberadaannya mencegah timbulnyapenyakit.
c.  Pemulihannya menyembuhkan penyakit.  
d. Dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang  yang  kekurangan kebutuhan akan mengutamakanpemuasan kebutuhan ini dibandingkanjenis kepuasan yang lain.
e. Kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat

D.Ciri-ciri Aktualized People
Mengamati Realitas Secara Efisien
Orang-orang yang sangat sehat mengamati obejek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif ( Maslow menyebut persepsi objektif ini: Being atau B-cognition). Mereka tidak memandang dunia hanya sebagaimana mereka inginkan atau butuhkan, tetapi mereka melihatnya sebagaimana adanya. Sebagai bagian dari persepsi objektif ini, Maslow berpendapat bahwa pengaktualisasi-pengaktualisasi diri adalah hakim-hakim yang teliti terhadap orang-orang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan dan ketidakjujuran.
Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri
            Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atas kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banyak memikirkannya. Meskipun individu-individu yang sehat ini memiliki kelemahan-kelemahan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap hal-hal tersebut. Mereka menerima kodrat mereka sebagaimana adanya. Maslow menulis, “ orang tidak dapt mengeluh tentang air karena air basah atau tentang batu-batu karena Batu-batu keras atau tentang pohon-pohon karena pohon-pohon hijau.” Ini adalah tata-tertib kodrati dari hal-hal itu, demikian juga denga kodrat dari pengaktualisasi diri. 
Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
                Dalam semua segi kehidupan, pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Mereka tidak harus menyembuhkan emosiemosi mereka, tetapi dapat memperlihatkan emosi-emosi tersebut dengan jujur, dalam istilah yang sederhana, kita dapat berkata, orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati, yakni sesuai dengan kodrat mereka.
Orang-orang neurotis dan orang-orang yang tidak mengaktualisasikan diri tidak dapat berfungsi secara spontan; mereka harus mengubah segi-segi diri mereka yang menyebabkan mereka merasa malu atau merasa salah.

Fokus Pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
            Orang-orang yang mengaktualisasikan diri yang dipelajari Maslow, melibatkan diri pada pekerjaan. Tanpa pengecualian, mereka memiliki suatu perasaan akan tugas yang menyerap mereka dan mereka mengadibkan kebanyakan energi mereka kepadanya. Begitu kuatnya Maslow merasakan sifat ini sehingga dia menyimpulkan bahwa tidak mungkin menjadi orang yang mengaktualisasikan diri tanpa perasaan dedikasi ini.
Kebutuhan Akan Privasi Dan Independensi
            Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Meskipun mereka tidak menjauhkan diri dari kontak dengan manusia, mereka rupanya tidak membutuhkan orang-orang lain. Mereka tidak tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan-kepuasan mereka dan dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan mereka sangat egosentris dan terarah kepada diri mereka sendiri. Ini berart bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri.
Berfungsi Secara Otonom
            Erat hubungannya dengan kebutuhan akan privasi dan independensi ialah preferensi dan kemampuan pengaktualisasi-pengaktualisasi diri untuk berfungsi secara otonomterhadap lingkungan sosial dan fisik. Karena mereka tidak lagi didorong oleh motf-motif kekurangan, maka mereka tidak tergantung pada dunia yang nyata untuk kepuasan mereka karena pemuasan dari motf-motif pertumbuhan datang dari dalam. Perkembangan mererka tergantung pada potensi-potensi dan sumber-sumber dari dalam mereka sendiri ( sebaliknya pemuasan akan cinta, penghargaan, dan kebutuhan lain yang lebih rendah tergantung pada sumber-sumber dari luar.
Pengalaman-Pengalaman Mistik atau “Puncak”
Ada kesempatan-kesempatan dimana orang-orang yang mengaktualisasika diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam. Selama pengalaman-pengalaman puncak ini, yang dianggap Maslow adalah biasa dikalangan orang-orang yang sehat, diri dilampaui, dan orang itu digenggam oleh suatu perasaan kekuatan, kepercayaan, dan kepastian, suatu perasaan yang dalam bahwa tidak ada sesuatu yang tidak dapat diselesaikannya atau menjadi.
Minat Sosial
Pengaktualisasi-pegaktualisasi diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam terhada semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan. Mereka adalah anggota-anggota dari suatu keluarga-bangsa manusia-dan memiliki suatu perasan persaudaraan dengan setiap anggota lain dalam keluarga. Ini semacam persaudaraan khusus, seperti sikap dari seorang saudara atau saudari yang lebih tua terhadap sanak saudara sekandung yang lebih muda.
Hubungan Antar Pribadi
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang lain daripada orag0orang yang memkliki kesehatan jiwa yang biasa. Mereka mampu memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lbih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain. Akan tetapi hubungan antar pribadi mereka, walaupun lebih kuat, namun jumlahnya lebih sedikit (kurang) daripada hubungan antarpribadi dari orang0orang yang tidak mengaktualisasikan diri. Betapun orang-orang yang sangat sehat yang dijadikan sahabat, kolega, dan partner begitu sedikit, namun pengaktualisasi-pegaktualisasi diri, seperti kebanyakan orang lain, lebih suak berada dengan orng-orang yang memiliki nilai-nilai dan sifat-sifat mereka.
Struktur Watak Demokratis
Orang-orang yang sangat ssehat membiarkan dan menerimasemua orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tigkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras, atau warna kulit. Perbedaan-perbedaan serupa itu tidak menjadi masalah bagi pengaktualisasi-pengaktualisasi diri. Tentu, Maslow mengandaikan bahwa merek jarang menyadari perbedan-perbedaan ini.
Perbedaan Antara Sarana dan Tujuan, Antara Baik dan Buruk
Pengaktualisasi-pengaktualisasidiri membedakan dengan jelas anatara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh lebih penting daripada sarana untuk mencapainya. Akan tetapi hal ini lebih sulit karena kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalaman tertentu yang merupakan sarana bagi orang-orang yang kurang sehat kerapkali dianggap oleh pengaktualisasi-pengaktualisasi diri sebagai tuuan dalam dirinya sendiri. Rupanya apa yang dijelaskan oleh Maslow ialah bahwa orang-ornag yang sehat sepenuhnya senang “melakukan” atau “menghasilkan” sebanyak atau lebih banyak daripada mendapat atau mencapai tujuan. Sarana menjadi tujuan karena kesenangan dan kepuasan yang ditimbulkannya.
Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Orang-orang yang sehat sepenuhnya berada dari individu-individu biasa dalam apa yang mereka anggaphumor yang menybabkan mereka tertawa. Orang-ornag yang kurang sehat mentertawakan tiga macam humor. Humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasa sakit, humor superioritas yang mengambil ekuntungan dari perasaan rendah diri orang lain atau kelompok dan humor pembrontakan tergadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi oedipus atau percakapan cabul.
Kreativitas
kreativitas metupaka suatu sifat yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasi-pengaktualisasi diri. Mereka adalah asli, inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilakn suatu karya seni; tidak semua mereka adalah penulis, seniman, atau pengubah lagu. Maslow menyampaikan kreativitas ini dengan daya cipta dan daya khayal naif yang dimiliki anak-anak, suatu acar yang tidak berprasangka dan langsung melihat kepada hal-hal. Kebanyakan diantara kita kehilangan kreativitas masa kanak-kanak ini karena pengaruh sekolah dan kekuatan0kekuatan sosial lai, tetapi pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mempertahankannya dan mendapatkannya kembali kelak dalam kehidupan.
Resistensi Terhadap Inkulturasi
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial, untuk berpikir atau bertindak menurut cara-cara tertentu. Mereka mempertahankan otonomi batin, tidak terpengaruh oleh kebudayaan mereka, dibimbing oleh diri mereka bukan oleh orang-orang lain.




Daftar Pustaka;
Goble, Frank.1987.Mahzab ketiga psikologi humanistik abraham maslow.Yogyakarta: Kansius
Duane, Schultz.1991.Psikologi pertumbuhan.Yogyakarta: Kansius
Dariyo, Agoes.2004.Psikologi perkembangan dewasa muda.Jakarta: Gramedia

















Komentar :

ada 2 komentar ke “Teori Kepribadian Sehat”
ety nurhayati mengatakan...
pada hari 

waaaaah penjabaraaan nya detail sekali ,,
good job jeeeng , lebih ditingkatkan lagi yaa

Nur Oktavia Agustina mengatakan...
pada hari 

penjelasannya lengkap banget bagus ini

Posting Komentar

Music

Now Playing : Nikita-Janjimu Seperti Fajar







Chat


ShoutMix chat widget

Peta & Total Pengunjung

New Articles






aquUww

aquUww
 
Virgo Pendidikan is proudly powered by Blogger.com | Template by OzoneTemplate