Artificial
Intelligence (AI)
A. Sejarah
Artificial Intelligence (AI)
Pada
awal abad 17, René Descartes mengemukakan bahwa tubuh hewan bukanlah apa-apa
melainkan hanya mesin-mesin yang rumit. Blaise Pascal menciptakan mesin
penghitung digital mekanis pertama pada 1642. Pada abad 19, Charles Babbage dan
Ada Lovelace bekerja pada mesin penghitung mekanis yang dapat diprogram
(www.wikipedia.com).
Dalam
bentuk aslinya, DDS (Digital Data Storage) menekankan penggunaan pemodelan
matematika dan pengajuan permintaan ke basis data. Tidak lama kemudian, para
perancang DDS mulai menyadari kebutuhan untuk menggabungkannya dengan
kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan (artificial
intelligence - AI) adalah aktifitas penyediaan mesin seperti komputer
dengan kemampuan untuk menampilkan perilaku yang akan dianggap sama cerdasnya
dengan jika kemampuan tersebut ditampilkan oleh manusia. AI merupakan aplikasi
komputer yang paling canggih karena aplikasi ini berusaha mencontoh cara
pemikiran manusia (McLeod & Schell, 2007).
Bibit
AI pertama kali disebar hanya dua tahun setelah General Elektric menerapkan
komputer yang pertama kali digunakan untuk penggunaan bisnis. Tahun itu adalah
tahun 1956, dan istilah kecerdasan buatan pertama kali dibuat oleh John
McCarthy sebagai tema suatu konferensi yang dilaksanakan di Dartmouth College
(McLeod & Schell, 2007).
Pada
tahun yang sama, program komputer AI pertama yang disebut Logic Theorist.
Kemampuan logic theorist yang
terbatas untuk berpikir (membuktikan teorem-teorema kalkulus) mendorong para
ilmuan untuk merancang program lain yang disebut General Problem Solverb (GPS),
yang ditujukkan untuk digunakan dalam memecahkan segala macam masalah. Proyek
ini ternyata membuat para ilmuan yang pertama kali menyusun program ini
kewalahan, dan riset AI dikalahkan oleh aplikasi-aplikasi komputer yang tidak
terlalu ambisius seperti SIM dan DDS. Namun seiring waktu, riset yang terus
menerus akhirnya membutuhkan hasil, dan AI telah menjadi wilayah aolikasi
komputer yang solid (McLeod & Schell, 2007).
B. AI
dan Kognisi Manusia (Mesin Berpikir)
Semua
orang yang merangkai model proses distribusi paralel seperti neuron, telah bekerja keras untuk
mencoba menemukan solusi atas pertanyaan tentang otak sebagai mesin berpikir (Solso,
Maclin & Maclin, 2008).
Otak
sebagai mesin berpikir melalui riset psikologi selama lebih dari 1 abad,
terutama melalui riset psikologi kognitif beberapa abad yang lalu. Apa yang
telah kita pelajari tentang mesin berpikir kita, yang disebut otak, adalah
bahwa mesin ini berbeda secara fundamental dibandingkan dengan komputer Von
Neuman yang sekarang biasa digunakan. Mungkin AI akan berperan lebih jauh jika komputer
lebih menyerupai otak (Solso, Maclin & Maclin, 2008).
Beberapa
program komputer bekerja lebih efektif dari pada pikiran manusia, dan
kebanyakan sangat pintar menirukan hal-hal nyata meski masih sedikit janggal.
Komputer mampu memecahkan beberapa masalah, seperti sebuah soal matematika yang
mendetil, lebih cepat dan lebih akurat dari pada manusia. Beberapa tugas lain
seperti menggeneralisasikan dan mempelajari pola aktifitas yang baru, dilakukan
paling baik oleh manusia, dan komputer masih kalah baik. Pikiran manusia adalah
murni proses manusia, yang bahkan jika disintesis oleh mesin secara terpisah,
tidak akan mampu diduplikasi oleh program AI (Solso, Maclin & Maclin,
2008).
C. AI
dan Sistem Pakar
1. Eliza
Salah
satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi, Eliza, ditulis oleh
Joseph Weiszenbaum (1996). Beberapa revisi atas Eliza telah dibuat dari konsep
aslinya. Pada suatu program yang spesifik, bernama Doctor, Eliza mengambil
peran seperti seseorang psikiater. Kekurangan Eliza: tidak adanya pengertian (Solso,
Maclin & Maclin, 2008).
2. Parry
Colby,
dkk (1972) mensimulasikan seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang
paranoid sebagai subyek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan
sistem paranoia memanga ada, perbedaan respon psikotis dan respon normalnya
cukup hebat, dan mereka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk
mengecek keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respon simulasi komputer
dan respon manusia (Solso, Maclin & Maclin, 2008).
3. NETtalk
Program
yang berdasarkan jaring-jaring neuron. Dikembangkan oleh Terry Sejnowski:
jaringan neural berisi lapisan tersembunyi yang berkorespondensi dengan
interneuron (Solso, Maclin & Maclin, 2008).
D. Penggunaan
AI sebagai expert system yang dapat
digunakan untuk mendukung system pengambilan keputusan (Diagnosa)
Expert system atau
sistem pakar adalah aplikasi berbasis
komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan
oleh pakar. Pakar yang dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian
khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh
orang awam. Sebagai contoh, dokter adalah seorang pakar yang mampu mendiagnosis
penyakit yang diderita pasien serta dapat memberikan penatalaksanaan terhadap
penyakit tersebut. Tidak semua orang dapat mengambil keputusan mengenai
diagnosis dan memberikan penatalaksanaan suatu penyakit (Kusrini, 2008).
Sistem
pakar atau expert system, yang
mencoba memecahkan masalah yang biasanya hanya bisa dipecahkan oleh seorang
pakar, di[andang berhasil ketika mampu mengambil keputusan seperti yang
dilakukan oleh pakar aslinya baik dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun
hasil keputusan yang diperoleh (Kusrini, 2008).
Sebuah
sistem pakar atau expert system memiliki
dua komponen utama yaitu basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis
pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam memori komputer, di
mana pengetahuan ini diambil dari pengetahuan pakar, sedangkan mesin inferensi
merupakan otak dari aplikasisistem pakar, bagian inilah yang menuntun user untuk memasukkan fakta sehingga
diperoleh suatu kesimpulan. Apa yang dilakukan oleh mesin inferensi ini didasarkan
pada pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan (Kusrini, 2008).
Daftar pustaka;
Kurini. (2008). Aplikasi sistem pakar. Yogyakarta: Andi Offset.
McLeod, R., Schell, G. P. (2007). Sistem informasi manajemen edisi sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Solso, L. R., Maclin, H. O. &
Maclin, M. K. (2008). Psikologi kognitif
edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.